![]() |
Darlina memperlihatkan anyaman tikar yang telah siap untuk dijual. |
Sambas - Anyaman tikar (jenis pandan berduri) atau lebih dikenal dengan belungkor oleh masyarakat Kabupaten Sambas, merupakan kerajinan tangan yang hasilkan oleh masyarakat salah satunya di Desa Kuala Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas.
Kerajinan tangan anyaman tikar dari bahan pandan (lebih sering disebut pudak oleh warga lokal) dibuat menjadi tikar, yang sering digunakan sebagai alas untuk duduk dan juga alas tempat tidur atau berbaring.
Kerajinan tangan anyaman tikar telah dikenal secara turun temurun, seperti yang telah dihasilkan oleh pengrajin di Desa Kuala Kecamatan Selakau.
Seperti yang dilakukan oleh Darlina, warga RT 1 RW 1 Dusun Danau, Desa Kuala Kecamatan Selakau, dirinya telah membuat tikar pudak sejak 30 tahun terakhir. Dan keahlian menganyam tikar yang dimiliki didapat dari orang tua yang diturunkan kepada dirinya sejak lama.
Menurut Darlina yang lebih akrab di sapa Anggi, untuk membuat anyaman tikar, bahan yang digunakan berupa daun pudak atau jenis pandan berduri yang lainnya yang banyak tumbuh atau di budidayakan di kebun di Desa Kuala.
Warga di Desa Kuala katanya, memanfaatkan tanaman tersebut sebagai bahan utama untuk membuat anyaman tikar.
"Proses penganyaman tikar masih dilakukan secara tradisional dengan tangan," ujar Anggi.
Perlu waktu berhari-hari katanya, untuk membuat satu bidang atau selembar tikar yang akan dijual.
"Sebelum kegiatan menganyam tikar, diawali dengan pencarian bahan utama berupa pudak ke kebun atau semak-semak," katanya.
"Setelah terkumpul, duri-duri yang terdapat di daun pudak terlebih dahulu di buang. Barulah diolah sehingga menjadi bahan untuk dibuat tikar," sambung Darlina.
Sebelum mulai menganyam tikar lanjut Anggi, bahan dari daun pudak yang telah siap terlebih dahulu di belah dan haluskan juga diluruskan menggunakan bambu panjang seukuran telapak tangan.
"Proses ini kita sebut menggaus dalam bahasa Melayu Sambas, tujuannya untuk menghaluskan dan meluruskan bahan yang akan si anyam," katanya.
Tikar juga dapat di beri warna sehingga terlihat berwarna warni kata Anggi, dengan pewarna yang dapat dibeli di pasar.
"Untuk warna tikar, biasanya beragam, mulai warna merah, hijau daun dan lain-lain," kata Anggi.
Pemasaran Tikar Hingga Ke Malaysia
Menurut Darlina, pemasaran tikar yang telah selesai di buat akan dibeli secara langsung oleh pembeli yang datang ke rumahnya dengan harga bervariasi dari harga Rp 140 ribu untuk ukuran kecil dan Rp 220 ribu untuk ukuran besar. Namun sebutnya, ada juga pembeli yang membeli untuk di jual kembali.
"Biasanya ada semacam pengumpul datang langsung ke rumah, membeli tikar kepada kami yang seterusnya untuk dijual kembali hingga ke Malaysia," katanya.
Darlina mengungkapkan, permintaan tikar yang dihasilkan di Desa Kuala dengan tujuan untuk dijual ke Malaysia berkurang setelah pandemi koronavirus beberapa tahun lalu.
"Padahal sebelum adanya pandemi covid 19, permintaan terhadap anyaman tikar yang kami hasilkan cukup tinggi, namun setelah pandemi berakhir permintaan berkurang," kata Anggi.
"Sekarang walaupun masih ada permintaan untuk dijual ke Malaysia, namun masih tidak seperti sebelumnya," katanya.